Selasa, 19 Mei 2009

Haqikat Fana
Kita jangan berubah dari haqikat ini, sampai pada jalan Fana Fillah dan Baqa Billah : Artinya Fana di dalam keadaan Zat Allah Ta’ala dan kekal selama-lamanya.
Yakni tiada lagi rasa dan kelihatan diri kita hanya yang kelihatan dalam Ilmu Zat Allah Ta’ala semata-mata.
Itulah yang dinamai Fana Fillah
Barang siapa tidak merasa, ia mendapat anugrah.
Kalau kita sudah sampai kepada tidak merasa apa-apa, itulah yang dikatakan fana dan lenyap dalam praktek.
Pada waktu ibadah itulah yang paling utama berkekalan Hakikat maka martabatmu meningkat kepada makom Baqo’ billah. Artinya berkekalan dalam Zat Allah Ta’ala semata-mata.
Fana yang berakhir dengan Baqa’ul Baqa’. Dimisalkan seperti besi di dalam api tidak ada lagi kelihatan ujud besi tetapi hanya yang kelihatan warna merah api jua.
Itulah yang dikatakan semata-mata zatnya, Sifatnya, Asmanya, dan Af’alnya sampai pada zat wajibul wujud.
Sebaliknya daripada yang tersebut apabila kamu mempraktekan tapi masih merasa ada : qodrah, irodah, ilmu, hayat, sama’, basor, kalam, maka inilah yang disindir ahlul fana.
Barang siapa masih merasa, ia tidak mendapat.
Perumpamaan fana :
Pada waktu dirimu sedang tidur, adakah padamu sifat 7 itu ? (qodrah, irodah, ilmu, hayat, sama’, basor, kalam).
Kamu berbaring tidak tahu apalagi mengaku berkuasa. Sekali-kali kamu tidak berkuasa apa-apa.
Itulah yang disebut Jalalullah yang ada pada dirimu. Artinya bukan kamu yang mempunyai sifat 7 itu tetapi hanya pinjaman semata. Insan itu nama zahir, dan Allah nama batin di dalam hamba. Artinya Insan itu hati manusia sifat dan af’al Allah.
Dan sifat Allah itu ialah Zat Allah yang menerima segala-galanya. Tunggal lagi Esa. Maka apabila ia berkehendak menyembah itupun Haq Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala itu tidak bertubuh hanya sifatnya yang tampak di dalam rahasia hambanya.
Sebenarnya tubuh itu jadi kalimat لا اله الا الله dan Hati menjadi Iman.
Demikianlah Haqikat Fana.

0 komentar:

Posting Komentar